PuisiGus Mus Aku Merindukanmu O Muhammadku Pada kesempatan sebelumnya, dalam blog Para Pejalan, telah dibagikan juga salah satu Puisi karya Kiyai Mustofa Bisri (Gus Mus) Dengan judul Allahu'akbar.Bagi yang belum membaca silahkan ikuti link tersebut. Ada yang belum mengenal siapakah Gusmus, berikut Biografi lengkap Gus Mus pada postingan Biografi Gus Mus.
Puisi Gus Mus ini dianggap kontroversial oleh sebagian muslim karena ada kalimat tentang azan. Katanya, Gus Mus menistakan islam dan mendiskreditkan azan sebagai bagian dari saja tuduhan itu tidak beralasan sama sekali. Dalam kalimat tersebut disebutkan bahwa pengeras suara, bukan azan yang memanggil dengan suara keras. Lagipula, puisi ini ditulis tahun 1987 dan tidak ada hubungannya dengan kisruh menista islam yang belakangan terus dihembuskan pihak yang tidak bertanggung kenapa ya umat islam di Indonesia kok gampang marah begini ya? Daripada marah melulu tanpa tahu teks aslinya, mending kita belajar yuk dari puisi sekali lagi, umat muslim Indonesia seharusnya lebih bijak lagi dan tidak gampang tersulut emosi, apalagi di tahun politik seperti ini. Semoga Allah melindungi kita semua… teks lengkap puisi Gus Mus yang ditulis tahun 1987 tersebut”Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus BagaimanaKau ini bagaimana Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapirAku harus bagaimana Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadaiKau ini bagaimana Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-planAku harus bagaimana Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu akuKau ini bagaimana Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnyaAku harus bagaimana Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lainKau ini bagaimana Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikaiAku harus bagaimana Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannyaKau ini bagaimana Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanahAku harus bagaimana Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam BisshowabKau ini bagaimana Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukkuAku harus bagaimana Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa tergangguKau ini bagaimana Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatisAku harus bagaimana Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte sajaKau ini bagaimana Aku bilang terserah kau, kau tidak mau Aku bilang terserah kita, kau tak suka Aku bilang terserah aku, kau memakikuKau ini bagaimana Atau aku harus bagaimana -1987-
puisikarya gus mus; mayyit bisa mengambil manfaat dari amal perbuatan 09/23 - 09/30 (1) 2016 (1) 09/25 - 10/02 (1) hamba Allah. achmad ibnu fatutoh Tuhan, Islamkah aku? Rembang, 1. 1413 Posted in: sedikit selingan. Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda. 0 komentar:
Home » Kongkow » Puisi » Puisi Islam - Jumat, 09 Oktober 2020 1900 WIB Islam agamaku, nomor satu di dunia Islam benderaku, berkibar dimana-mana Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku, kelas eksklusif yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan-kiri Islam media-massaku, gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana-sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam instansiku, menara dengan seribu pengeras suara Islam muktamarku, forum hiruk-pikuk tiada tara Islam bursaku Islam warungku, hanya menjual makanan sorgawi Islam supermarketku, melayani segala keperluan manusiawi Islam makananku Islam teaterku, menampilkan karakter-karakter suci Islam festivalku, memeriahkan hari-hari mati Islam kausku Islam pentasku Islam seminarku, membahas semua Islam upacaraku, menyambut segala Islam puisiku, menyanyikan apa Tuhan, Islamkah aku? Sajak puisi yang berjudul “PUISI ISLAM” ini di karang oleh GUSMUS, suka kata - kata terakhirnya ; “Tuhan, Islamkah aku?” Sumber Cari Artikel Lainnya
_GusMus_ CINTAMU. bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah. rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu. datanglah aku akan berlari menyambutmu. tapi kau terus sibuk dengan dirimu. kalaupun datang
Jakarta – “Islam agamaku, nomor satu di dunia. Islam benderaku, berkibar di mana-mana. Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana. Islam tempat sekolahku, tak kalah dengan lainnya. Islam sorbanku. Islam sajadahku. Islam kitabku. Tuhan, Islam kah aku?” Mustofa Bisri atau yang terkenal dengan sebutan Gus Mus membacakan penggalan bait puisi diatas pada saat perayaan 26 Tahun Museum Rekor-Dunia Indonesia Muri di Gedung Kesenian Jakarta. Jaya Suprana menuturkan alasannya mengapa memilih Gus Mus lantaran beliau adalah sosok kiai yang tidak biasa. Dia sempat mengatakan bahwa, “Sekarang kita semua cenderung sibuk memperebutkan kekuasaan dan jabatan, tetapi kiai satu ini justru merusak pasaran. Ia mempermalukan orang lain dengan menolak jabatan. Makanya, saya undang baca puisi.” Kemudian dia menambahkan, “Kita ini sangat hebat dalam menyerap kebudayaan luar menjadi kebudayaan Indonesia. Kita lihat bagaimana agama Islam, Kristen, Buddha, Hindu, berkembang dalam bentuk Indonesia. Ini adalah sebuah pesan bahwa kita harus menjaga keberagaman. Menjaga keberagaman itu harga mati.” Ikhsan Djuhandar –
11Puisi Islami Pendek Menyentuh Hati tentang Hijrah dan Cinta. Kumpulan Syair Dan Puisi Gus Mus - [PDF Document] 37+ Puisi islami anak sholeh info | puisipemudaku. Pesan Dakwah dalam Puisi Gus Mus. Aku Bangga Menjadi Muslim Pages 1 - 17 - Flip PDF Download | FlipHTML5. Puisi Agama Islam for Android - APK Download
Berikut ini puisi gusmus Islamkah aku Islam agamaku nomor satu di dunia Islam benderaku berkibar di mana-mana Islam tempat ibadahku mewah bagai istana Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan kiri Islam media massaku Gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara Islam bursaku Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi Islam makananku Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati Islam kaosku Islam pentasku Islam seminarku, membahas semua Islam upacaraku, menyambut segala Islam puisiku, menyanyikan apa saja Tuhan Islamkah aku? Gus Mus Makna Puisi gus mus islamkah akukesimpulan Puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam kehidupan penulis. Baginya, Islam adalah agama nomor satu di dunia yang benderanya berkibar di mana-mana. Islam juga merupakan tempat ibadah yang mewah dan sekolah yang tak kalah dengan yang lainnya. Selain itu, Islam juga menjadi sorban, sajadah, dan kitab yang selalu menemani penulis dalam setiap kegiatannya. Bahkan Islam menjadi podiumnya di kelas yang eksklusif yang mengubah pandangan dunia terhadapnya. Islam juga menjadi media massanya dan gaya komunikasi yang islami di masa kini. Penulis merasa bahwa Islam memungkinkannya untuk menikam sana-sini dalam hidupnya. Selain itu, Islam juga menjadi organisasi, perusahaan, yayasan, istana, dan menara dengan seribu pengeras suara untuk penulis. Islam juga menjadi bursa, warung, supermarket, makanan, teater, festival, kaos, pentas, seminar, dan upacara dalam hidupnya. Puisi ini berakhir dengan pertanyaan apakah penulis adalah Islam? Hal ini menunjukkan bahwa Islam sudah begitu erat terkait dengan kehidupannya sehingga sulit dibedakan antara dirinya dan agamanya. Pertanyaan tersebut juga dapat diartikan sebagai refleksi penulis tentang sejauh mana ia telah mengikuti ajaran Islam dalam hidupnya. Puisi ini juga mencerminkan rasa syukur penulis terhadap kehadiran Islam dalam hidupnya. Selain itu, puisi ini juga menunjukkan bahwa Islam tidak hanya sekadar agama, tetapi menjadi gaya hidup penulis. Ia menggambarkan betapa Islam memengaruhi setiap aspek kehidupannya, baik dalam urusan agama, pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan sosial. Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam hidup penulis, yang telah memengaruhi dan membentuk dirinya sebagai manusia. Ia menganggap Islam sebagai landasan hidupnya dan sebagai kebanggaannya sebagai seorang Muslim. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya agama dalam kehidupan manusia. Agama dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi, serta memberikan arahan dan pedoman dalam menjalani kehidupan. Selain itu, puisi ini juga memperlihatkan bahwa Islam tidak hanya relevan dalam kehidupan spiritual, tetapi juga dalam kehidupan praktis sehari-hari. Islam dapat menjadi sumber inspirasi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, bisnis, seni, dan budaya. Pada akhirnya, puisi ini dapat menginspirasi kita untuk lebih memahami dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat hidup lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Melalui puisi ini, penulis juga menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang inklusif dan tidak memandang perbedaan latar belakang atau status sosial. Islam dapat menjadi jembatan persaudaraan yang menghubungkan manusia dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya. Puisi ini juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Sebagai umat Muslim, kita harus menjaga integritas dan kesucian ajaran Islam, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk berpikir lebih luas tentang peran Islam dalam dunia. Sebagai agama yang memiliki banyak pengikut di seluruh dunia, Islam dapat memainkan peran penting dalam memajukan perdamaian, toleransi, dan kesejahteraan manusia secara global. Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan kecintaan dan pengabdian penulis terhadap agama Islam. Puisi ini juga menjadi sebuah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga nilai-nilai agama dalam hidup kita, serta memajukan peran agama dalam menciptakan kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Puisi ini juga menggambarkan betapa pentingnya memperkuat iman dan kepercayaan pada Allah SWT dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan memperkuat iman, kita dapat lebih tegar dalam menghadapi cobaan dan rintangan yang datang dalam kehidupan kita. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk senantiasa belajar dan meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam. Dengan terus belajar, kita dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang agama, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga dapat menjadi sebuah inspirasi bagi kita untuk lebih menghargai keberagaman dan merangkul persatuan dalam kehidupan. Islam mengajarkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi, serta menghormati perbedaan dan keragaman antara sesama manusia. Dalam kesimpulannya, puisi ini mengajak kita untuk memperkuat iman, belajar terus-menerus, dan mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi dalam kehidupan kita. Semua hal tersebut merupakan bagian dari upaya kita dalam menjalani hidup yang lebih baik dan membawa manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. kesimpulan Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan betapa pentingnya Islam dalam kehidupan penulis dan menjadi landasan hidupnya sebagai seorang Muslim. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kepentingan ajaran Islam dalam kehidupan manusia, serta mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang inklusif dan dapat memainkan peran penting dalam menciptakan perdamaian, toleransi, dan kesejahteraan manusia secara global. Selain itu, puisi ini juga mengajak kita untuk memperkuat iman, belajar terus-menerus, dan mengembangkan nilai-nilai persaudaraan dan toleransi dalam kehidupan kita. Dalam rangka menjalani kehidupan yang lebih baik, maka penting bagi kita untuk mengikuti ajaran Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama, serta membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
. 144 433 426 257 405 282 338 225
puisi gus mus islamkah aku